Pendidikan Anakku sayang…

SEKILAS PENDIDIKAN ANAK

Berikut adalah beberapa ilustrasi dan uneg uneg penulis seputar pendidikan yang lagi rame saat ini. Banyak yang dibahas dari pendidikan ini, tapi mungkin segini dulu aja, nanti disambung lagi.

HARAPAN ORTU AKAN PENDIDIKAN

Banyak teori pendidikan serta tujuan dari pendidikan. Diantaranya adalah transfer ilmu pengetahuan (padahal ilmu itu tidak bisa ditransfer) melalui bahasa-bahasa serta metode yang ada. Ada juga tentang membangkitkan intuisi anak untuk mengembangkan kemampuan diri dalam memahami segala sesuatu. Dll. Untuk detailnya silahkan dibaca dibuku-buku pendidikan yang ada.

Biar tidak mbulet, langsung ke pokok masalah aja yang menjadi uneg uneg seputar harapan orang tua akan pendidikan. Umumnya dapat di bagi sebagai berikut :

1. Pintar

Dengan berbagai sarana dan kemampuan yang dimiliki orang tua, mereka menginginkan anaknya pintar, nilai nya tinggi, selalu rangking, juara kelas, berprestasi di bidang ilmu, olah raga, kesenian, dst. Sehingga dengan keinginan tersebut anak di masukkan ke sekolah favorit (dengan biaya yang super mahal), di kasih tambahan pelajaran, guru privat, les biola, piano, menyanyi, melukis, dll.

2. Soleh

Harapan akan kesolehan anak ini ditunjukkan dengan cara mendatangkan guru ngaji, menyekolahkan di pesantren, di sekolah-sekolah muslim, bahasa arab, dll.

Menurut penulis (mungkin sok pinter ya…) hal itu bukannya tidak tepat, tetapi masih kurang menyeluruh. Semua sistem pendidikan yang ada saat ini (khususnya di Indonesia) kebanyakan masih menyentuh aspek kognitif, baik poin 1 maupun 2. Kelulusan atau kemampuan seseorang dinilai dari angka-angka, dari kemahiran membaca, tilawah, kemampuan menghafal istilah-istilah, seberapa kuat memorinya menyimpan huruf-huruf, angka-angka, metode, istilah, pengetahuan, seberapa kuat logika mereka diajak bermain, lewat matematika, fisika, logika, filsafat, ilmu kalam, mantiq, dst.

Kelulusannya ditentukan oleh nilai minimal, kemahirannya dilihat dari rangkingnya, kesolehannya dilihat dari hafalan suratnya, kemampuan bahasa arabnya, dll.

Ini nih yang perlu diluruskan (setidaknya menurut ane lho..), mungkin sedikit atau banyak akan dibahas berikutnya.

PENDIDIKAN UNTUK ANAK BUKAN MEMUASKAN EGO

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah motivasi kita dalam mendidik anak yang kadang kurang pas, sehingga berakibat pada cara pandang dan metode yang kita pilih untuk mendidik menjadi kurang sesuai juga.

Kalau mau ditelusuri (meski tidak terdapat pada semua orang), maka semua motif kita mendidik adalah ego kita sendiri.

Kita sangat ingin anak kita disebut pintar, juara kelas, berpestasi, mendapat rangking, penghargaan. (yang ingin kita khan?). Kita senang jika disebut sebagai orang tua yang berhasil dalam mendidik anak (kita juga???). Kita bangga jika anak kita santun (Kita lagi??). Kita akan merasa senang jika nantinya anak kita hidup layak (kita lagi??), sehingga ketika pensiun kita tidak merasa susah, ada yg menjamin, setidaknya tidak terlalu banyak pikiran (kita lagi). Kita merasa senang jika ketika meninggal nanti ada yang mendoakan kita (kita lagi??).

Memang semua semangat dan kesenangan (ego) itu bukannya jelek, setidaknya itu dapat melakukan/sebagai pendorong untuk melakukan hal-hal yang baik. Tetapi jangan sampai hal tersebut menjadi satu-satunya alasan. Sehingga pada kondisi tertentu pendidikan anak (yang merupakan salah satu bentuk ibadah) sebagai salah satu bekal kita di alam berikutnya menjadi sia-sia. Karena kita melakukan tersebut tidak ikhlas (demi memuaskan ego), apakah kamu tidak melihat orang yang menjadikan egonya sebagai tuhannya?. Bahkan pada kondisi tertentu disebut sebagai syirik. (UNTUK IKHLAS ADA MAQAMNYA, TIDAK BISA DISAMA RATAKAN SESUAI KEMAMPUAN SESEORANG).

Hal lain kalau motivasi pendidikan kita hanya karena pemuasan ego kita maka akan mengakibatkan kita mendidik sesuai dengan keinginan kita (atas dasar segenap informasi dan pengetahuan yang masuk dalam benak kita). Kita kurang memperhatikan potensi yang mungkin berbeda dari setiap orang (termasuk anak kita). Arahan kita menjadi kurang sesuai karena keterbatasan informasi yang kita miliki. Padahal kondisi jaman sudah berubah, dan pada saatnya nanti kelak tantangan yang dihadapi oleh anak-anak kita akan sangat berbeda dengan saat ini. Jika kita memaksakan mungkin akan ketinggalan jaman, dan anak kita tak mampu menghadapi tantangan jaman.

Jadi setidaknya jangan menjadikan ego sebagai satu-satunya alasan kita mendidik anak, setidaknya perhatikan juga bahwa pendidikan itu adalah untuk anak itu sendiri.

PENDIDIKAN UNTUK OTAK

Institusi pendidikan saat ini (sebagian besar, khususnya Indonesia) hanya memberikan konsumsi kepada otak. Bahkan otak pun kadang yang diserang adalah otak sadarnya aje. (baik otak kiri maupun kanan). Yang mutakhir adalah yang juga menyerang otak bawah sadar. Istilahnya adalah multiple intelegence (keren kan istilahnya?). Nah untuk metode mutakhir ini sangat sedikit sekali sekolah yang menerapkannya (biayanya mahal, sdm kurang, dll). Pendidikan dengan metode multiple intelegence ini laris manis bak kacang goreng (terutama bagi yang berduit). Mengenai waktu pendidikan pun macem-macem, ada yang sampai one day school (sangat disenangi keluarga yang sibuk, biar tidak repot… lagi-lagi??? Betapa buruknya kita???).

Tetapi semua metode pendidikan itu (menurut ane lho) hanya sebatas konsumsi otak. Diatas sadar maupun dibawah sadar. Apakah perbuatan manusia hanya dilandasi otak aje?? Ada nafsu, ada otak, ada hati, dll. Dan seringkali otak juga ditunggangi oleh nafsu. Untuk orang yang sipp, maka otak hanya akan dikontrol oleh hati. (Mengenai pembagian otak, nafsu, hati, dll bisa dibaca di literatur terkait… biar tidak mbulet). Setidaknya otak adalah bukan satu-satunya penyebab perilaku, cara pandang, pola pikir dari manusia. Tetapi koq pendidikan hanya menyentuh otak ya?? (timpang kan?). Karena itu tak heran orang pinter banyak yang keblinger, korupsi, kkn, penghancuran massal, dst.

Singkatnya, semua institusi pendidikan yang ada saat ini (khusunya Indonesia) masih kurang komplet. Dan ini memang tergantung dari cara pandang manusia atas kehidupan itu sendiri (yang juga masih tidak lengkap) atas hidup dan kehidupan itu sendiri.

PENDIDIKAN TERBAIK DI RUMAH

Di Islam sebenarnya sudah banyak disinggung mengenai pendidikan yang komprehensif. Untuk menghasilkan manusia yang mulia atau manusia sesungguhnya. Mulai dari pemilihan calon istri (atau suami), pemilihan waktu-waktu baik untuk hubungan, doa-doa yang dilantunkan, pemilihan makanan yang baik (halal n thoyyib), pendidikan dalam kandungan (setiap tahap kehamilan ada amalan, dan metode yang sesuai), proses kelahiran, khitan, aqiqah, penyusuan, umur efektif pendidikan, usia taklif, pemisahan tempat tidur, pantangan-pantangan terhadap anak, dll (semua sudah dijelaskan di banyak literatur -> misal karangan Ibrahim Amini).

Jadi pendidikan komprehensif yang diperkenalkan oleh Islam sudah sangat jauh lebih dan amat komplex (tentunya hal ini menyangkut pandangan manusia terkait tentang alam semesta lagi). Semua amalan dan langkah yang dianjurkan ada pengaruhnya masing-masing (yang sebagiannya sudah dibuktikan oleh ilmu pengetahuan saat ini). Dan itu tidak akan mungkin didapatkan semuanya di dalam institusi pendidikan (dimanapun). Jadi jika menginginkan pendidikan seutuhnya, maka orang tua harus terdidik lebih dahulu, terutama para generasi muda yang masih lajang, agar tak salah melangkah (ini PR besar kita…. kapan diadakan diklat nih…) Sampai-sampai ada riwayat yang menyebutkan : orang yang bahagia hidupnya adalah orang yang berbahagia di dalam rahim ibunya. Betapa besar peran ibu (serta ayah juga).

Para ayah dan calon ayah harus menimba ilmu pendidikan ini selengkap mungkin, untuk menentukan visi dan arah rumah tangganya. Mengajarkan juga pada istrinya mengenai hal ini. Menjaga lingkungan rumah tetap kondusif bagi pendidikan anak. Menjaga perilaku yang mulia untuk dicontoh anak (sebagai salah satu metode pendidikan terbaik à dengan contoh). Terus memberikan bisikan ayat-ayat Tuhan agar masuk ke qalbu si anak. Meniru kasih sayang yang dicontohkan penghulu manusia, mengajarkan riyadhah untuk memasukkan ilmu ke dalam hati, disiplin-disiplin, kebersihan, dst.

Jadi institusi pendidikan yang ada saat ini, dengan segala jenis dan metodenya hanya membantu sedikit dari yang kita harapkan. Sebagian besarnya ada di rumah, di antara doa para orang tua, pada sujud tengah malamnya, pada keakraban kekeluargaan, dll. Dan itu semuanya GRATIS, TIDAK BAYAR, hanya perlu tekad dan motivasi dari orang tua masing-masing (sekali lagi : orang tua perlu belajar jadi orang tua dulu….).

KEPANDAIAN BUKAN SEGALANYA

Sudah dibahas tadi bahwa pendidikan saat ini hanya mencakup aspek kognitif. Dan dari sisi ini saja sudah banyak dibuktikan bahwa keberhasilan di aspek ini tak menjamin keberhasilan hidupnya. Kalau di teori barat ada IQ, EQ, SQ. Menurut ane sih masih ada tambahan lagi yang membuat seseorang berhasil (berhasil menurut kriteria saat ini), ada peluang, kesempatan, lingkungan, dukungan, doa, sedekah, dukungan malaikat, Tuhan, dll. Dan satu hal yang perlu dibahas adalah apa sih keberhasilan itu sendiri? Apakah kaya, tenar, berkuasa, bermanfaat bagi masyarakat, teman yg banyak, dll. Dan pandangan tentang keberhasilan ini apa juga tergantung pada pandangan manusia itu sendiri dalam memandang hidup dan kehidupan. Ini membuktikan sangat perlu bagi para orang tua untuk memahami tentang hidup dan kehidupan, tujuan hidup, dll. Agar tidak salah arah, cemburu, iri atas orang lain (maupun anaknya), yang tidak pada tempatnya untuk diuraikan disini. Berikut ada beberapa ayat sedikit sebagai bahan renungan lebih lanjut dan tuk memperoleh berkah:

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main. (QS. 21:16) à Ada tujuan penciptaan

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu (QS. 49:13) à Kriteria sukses

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. 3:14) à fitrah kesenangan

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. [QS. 8:28] à harta, anak, bukanlah kesuksesan

POSISI YANG TEPAT

Setelah orang tua sadar akan makna anak, hidup dan kehidupan, pendidikan, pandangan atas alam semesta, dst. Maka sedikit banyak hal tersebut akan mengubah cara pandang dan aktivitas yang akan dilakukannya (tentunya semua pengetahuan tersebut harus sampai pada hati sehingga mampu merubah karakter seseorang). Maka mereka tak akan lagi ribut akan nilai-nilai semu yang saat ini diterapkan, ada UAN, UNAS, sekolah favorit, rangking, berprestasi, dll. Mereka akan memperhatikan kondisi anak, apa yang terbaik bagi mereka. Mereka kan memandang setiap hal adalah ujian dan ada implikasinya. Misalnya kepintaran/rangking, maka dia diuji untuk tidak sombong, jangan merasa pintar, tidak mau mendengar orang (karena lebih bodoh), dst. Ketika anaknya kurang pintar, mereka pun bersyukur karena tidak diuji dengan ilmu-ilmu yang malah menjerumuskan, bersyukur, lebih toleran, dll.

Orang tua seperti ini akan menyadari bahwa setiap posisi, kepintaran, kepandiran, prestasi, sekolah favorit, ketrampilan, semuanya mempunyai implikasi masing-masing ada segi positif dan negatifnya. Mereka kan terus mengembangkan diri dan anaknya tuk mampu memerangi sisi negatif dan meraih semua hal positifnya. Terus meningkat tuk meraih nilai-nilai absolut yang berguna di kehidupan di dunia dan di alam berikutnya. Tak lagi meributkan nilainya jelek, atau bagus, tetapi yang diributkan adalah apakah engkau jujur mengerjakannya, atau bersungguh-sungguh. Mereka akan terus mencari potensi yang cocok bagi anak-anak mereka. Mereka kan terus berusaha meraih ”keberhasilan” sesungguhnya.

Menggapai kedekatan dengan Tuhan dengan segala sarana yang telah di anugerahkan, terbang menuju maqom-maqom kemuliaan sebagai makhluk, menggapai posisi yang tepat untuk kapasitas dan kemampuan dirinya di hadapan Tuhan, bersujud di siang maupun malam, suka dan duka, bangun maupun tidur, bekerja atau istirahat, sakit maupun sehat, hidup maupun mati.

Sedikit uneg-uneg agar tak menjadi jerawat.

AB12

One Response to “Pendidikan Anakku sayang…”

  1. pelangie Says:

    Pelajaran berharga aku dapet dari sini nih….
    Trims buat imamchannel, salam buat AB12
    🙂

Leave a comment